Selasa, 10 Juli 2012

Nasibmu Ketua RT dan RW

Seperti biasa, rutinitas sebagai seorang sales menuntutku untuk terus bersilaturahim sekaligus bernegosiasi sehingga menghasilkan nota penjualan dari toko satu ke toko yang lain sesuai call book yang di amanatkan kantor kepadaku.
Tak terkecuali di pagi hari ini kira-kira pukul 08.15 menit aku sudah berada di toko pertama. Tetap dengan SOP yang ditetapkan kantor meski aku terapkan sekenanya aku gunakan ABC step.

Attention jadi kegiatan pertama, merapikan dan mengelap kotoran yang menempel di produk perusahaanku selalu aku jadikan andalan untuk menarik simpati sang penjual biasanya kalau sudah begini si ibu/bapak langsung bilang " yo...wis mas diisi koyo biasane wae, ojo akeh-akeh lage' usum ngleboke sekolah".
Benar saja tak lama si Mbah penjual mengeluarkan kata-kata hampir sama dengan yang aku kira.

Namun karena kebetulan sedang ada program berjalan maka aku sampaikan step berikutnya yaitu Benefit. Dengan membeli yang lebih banyak pasti keuntungannya bertambah, benar saja si Mbah langsung menimpali "yo...wis karepmu!!"

Sedetik kemudian aku sibuk menulis orderan dari si mbah , inilah yang aku sebut Closing.

Selesai menulis orderan nota aku berikan pada teman agar menyiapkan barang sementara aku sendiri kembali mendisplay sambil iseng mendengarkan cerita ibu-ibu yang sedang belanja.

Wah...agaknya ada yang serius soalnya berceritanya pakai nangis segala macam.
Nguping punya nguping ternyata persoalannya hanya karena bapaknya dipilih jadi ketua RT yang konsekuensinya istrinya jadi ibu RT sekaligus ibu PKK.
Karena si istri tidak mau jadi bu RT atau ketua PKK lantaran kebiasaanya bu RT sering di paedo warganya maka sempat terjadi percekcokan antara suami dan istri ini.
Agaknya inilah yang membuat si ibu bercerita sambil nangis kepada mbah yang berjualan karena dianggap lebih tua.
Nasehat yang bijaksana coba disampaikan si Mbah ini bahwa bagaimanapun rumah tangga lebih utama, maka sebaiknya di coba dulu jadi ketua. RT nanti kalau sudah berjalan dan memang ada sesuatu yang membuat tidak nyaman dalam rumah tangga maka bisa mengundurkan diri.

Pernyataan si Mbah ini hampir sama ketika beberapa tahun lalu aku terpilih jadi ketua RT hal yang sama juga aku katakan pada istriku dan akhirnya hati istriku luluh juga. Dan sampai akhir jabatanku sebagai ketua RT berkhir berjalan lancar tidak ada halangan suatu apa.

Sebenarnya aku ingin berbagi sharing dengan sang ibu tapi aku sadar saat ini bukan porsiku untuk ikut mencampuri urusan mereka.

Tidak terasa parnerku sudah memberikan uangnya kepadaku berarti berakhir juga waktuku di toko ini.

Berakhir juga acara ngupingku. Tapi itulah kenyataannya Ketua RT dan RW adalah jabatan yang hampir sebagian besar orang menolaknya karena begitu banyaknya paedonan, poyokan dan kritikan yang didapat tapi hampir tidak pernah mendapatkan jasa atau opah. Begitulah nasibmu Ketua RT/RW....

0 komentar: