Selasa, 30 Maret 2010

Keluhan seorang Pedagang pasar


"We...lah..dalah tenan saiki?"
"Enten nopo to, Mbah kok ya...ngresulone tenanan?"tanyaku sambil pura-pura belum tahu.
"lha...piye to, Jok, opo yo kamu itu ora nggateake padahal kamu lha' yo..blusukan neng pasar pendak dino?"
" Wah..nggih mesti to, Mbah, lawung kulo niki khan kerjane nyowani tiyang-tiyang teng pasar kadosto panjenengan !" bantahku sambil nglesot diatas tumpukan beras mbahYem.
"Nek ngono yo..harusnya kowe ngerti kalau apa-apa sekarang ini lagi mundak terus, rokok ben 3 hari mundak, beras ora stabil, endhok jla'jle' ora nggenah!"

Lha...yang suruh ngrokok itu yo...siapa lha wong ada sebagian ulama yang memfatwakan haram batinku, tapi tidak berani ngucap, soale jangan-jangan aku nanti tidak diorderi . Biar saja tak tutke grutuane mbah Yem yang penting akhirnya terjadi transaksi jual beli antara aku dan Mbah Yem.

"Kalau sudah begini khan perputaran uang dibakul seperti aku ini sendet, ndadeke aku rodo' ngempet, ya...nggo kulaan, yo nggo sing liyan-liyane!" tambahnya sambil terus menghitung uang ratusan ribu berlembar-lembar dari para pembelinya.

"Mestinya pemimpin kita ini waskito, tanggap karo kahanan cepat ambil tindakan menyelamatkan rakyat, !" lanjutnya.

Aku harus mulai mengendalikan keadaan karena mbah Yem mulai menyalahkan sana-sini jangan sampai keladhuk menyalahkan kang Moho kuoso.

"Nyuwun sewu mbah, niko mbake tangglet reginipun gendis?"

Dalam situasi dan waktu berbincang-bincang dengan Mbah Yem yang seperti ini tentunya aku tidak mungkin menjlentrehkan bahwa barang-barang yang harganya naik terus itu pasti sebanding hukum pasar yang terjadi.

Faktor penyebab lain adalah semakin banyaknya varian produk sejenis yang tawarkan, sehingga masing-masing company saling beradu strategi untuk mendapatkan market share yang signifikan dalam rangka meraup benefit yang setinggi-tingginya, suatu misal adalah rokok.
Dengan demikian produk yang tadinya sangat laku bisa jadi slowmoving karena adanya sebagian konsumen yang beralih pada barang lain.

" Hei...Jok wis mbok tulis durung orderanku, malah ngalamun?"bentaknya menyadarkan lamunanku.

"Nggih sampun mbah kados biasane to, mbah?
"Sampun kok koyo biasane, kono ngombe sik!" perintahnya
"Nggih-nggih matur nuwun."

0 komentar: