Minggu, 28 Maret 2010

Gelisah

"Assalamu'alaikum, pak arief." Sapaku sambil mengulurkan tangan.
"Waalaikum salam warohmatulloh, wah...tamu jauh to, monggo silahkan duduk mau disini apa didalam?". Jawabnya sambil menjabat tanganku dengan eratnya sebagai ciri khas beliau menyambut tamu.
"Sampun disini saja, biar isis." jawabku sambil mengambil kursi yang sudah kelihatan lusuh .
"Lama juga ya...nak, Joko sampeyan tidak mampir ?". Ucapnya memulai pembicaraan.
"Nggih.... Pak, nyuwun sewu saya mungkin sudah banyak mengurangi silaturrahmi mboten namung kaleh panjenengan mawon tapi juga dengan sahabat-sahabat lain?".
"Jangan terlalu sibuk, paling-paling khan urusan donyo to.. harus juga diimbangi dengan urusan akherat termasuk silaturrahmi ini khan ada hubungannya dengan akherat!" perintahnya sambil mempersilahakan hidangan donat buatanya.
" Bagaimana kabar keluarga, nak Joko?".
"Alhamdulillah, sehat sedanten mboten wonten alangan satunggal punopo, ugi berkat do'a panjenengan!"

"Tapi ngeten pak, kulo niki kadang-kadang menawi ndalu merenung , muhasabahlah ngoten namung akhir-akhire kulo malah merasa gelisah!". Aku berhenti sejenak untuk menelan donat buatan pak Arief yang terkenal uenak.

"Opo maneh, sik mbok gelisahke?" sahutnya serius.

"Lha...ya...banyakto, pak, sekarang kulo bade nyuwun pirso pendapate panjenengan kalau kulo niki berpikir bahwa kulo gadah obsesi tentang masa depan contoh kongritnya umpamane tahun ini kulo harus punya sebidang tanah ataumungkin kulo harus punya sebuah usaha yang keduanya ini bisa dijadikan untuk menutup sedikit kegelisahan kulo soale dengan harapan bisa dijadikan celengan untuk masa depan anak, disisi lain kulo ninggali tetangga yang sedang aga' ada kesulitan utamanya soal ekonomi lalu kulo berpikir tentang solusi yang harus dilakukan agar keluar dari problemnya itu!"

"Menurut saya kamu memang seharusnya begitu jadi keduanya itu menawarkan solusi cuman yang satu tidak harus berhadapan dengan masalah tapi yang lain terlebih dulu harus berbenturan dengan problematika, tapi yang harus kamu ingat kegelisahanmu itu jangan hanya masalah dunia kamu juga harus mewariskan generasi rabani"

"Satu lagi yang harus kita ingat dulu ketika Rosulullah dilanda kegelisahan dengan ditinggalkan orang-orang tercintanya, beliau senantiasa berkholwat menyendiri mendekatkan diri kapada Illahi sehigga semangat untuk menjalani hidup didunia yang nota bene adalah ladang untuk kehidupan diakherat tetap terjaga!"

"Wah...ayem ati kulo niki kalau ketemu jenengan, waduh...nyuwun sewu nggih pak, kulo pamit riyen niko anak kulo sampun nunggu"
Assalmu'alaiku

0 komentar: