Rabu, 15 September 2010

Mudik perjalanan Spiritual

Bagaimana tidak bisa disebut demikian, karena perjalanan Mudik yang hanya dilakukan oleh masyarakat Indonesia diawali dengan proses pembersihan diri selama satu bulan penuh dengan cara melakukan ibadah puasa atau sebut saja dengan pengodokan di kawah condrodimuko sehingga setelah keluar akan berkurang kotoran-kotoran yang melekat pada sebagian diri. Ini adalah upaya pendekatan diri antara sang kholiq dan hambanya (Habluminallah).


Sehingga perjalanan untuk kembali menengok kampong halaman yang pada umumnya adalah tempat kediaman para orang tua atau sesepuh kita sekaligus untuk melakukan sungkeman sebagai symbol permohonan maaf atas kesalahan yang telah dilakukan adalah bagian daripada untuk pembersihan diri atas kesalahan terhadap sesame (habliminanas).


Disinilah letak kekuatan nuansa religiusitas dalam sebuah perjalanan mudik disetiap akhir Romadhan dan menyambut Lebaran.


Untuk melakukan Mudik, selain Spirit sebagaiman diatas juga harus dipersiapkan hal – hal lain dengan segenap perjuangan baik berupa materi maupun immateri. Tidak sedikit biaya yang harus dirogoh bahkan sebagian orang akan rela mengada-adakan sesuatu yang sebenarnya belum ada, alat transportasi misalnya karena ada yang beranggapan bahwa dengan bisa pulang membawa mobil/motor yang bagus bisa dikatakan sukses usahanya diperantauan dan lain sebagainnya. Demi prestige semata.


Semua usaha yang dilakukan tentunya adalah bagian dari untuk mengaktualisasikan rasa syukur kita terhadap sang Pencipta dan Pemberi Rezeki atas diberinya kita kesempatan memiliki orang tua yang masih gesang , diberikan rezeki untuk bisa berbagi kebahagiaan dengan sanak saudara dan handai taulan.


Semoga Allah SWT senantiasa menerima dan meridloi setiap usaha pendekatan diri kita kepadaNya. Amiin ya rabbalamin.